Untuk kali ini mungkin gaya postinganku agak berbeda dari
biasanya, hehe.
Aku sedang belajar menulis dengan kesan yang lebih santai. Ya,
ada hal menarik yang ingin kutulis.
Di zaman yang serba modern ini, kita sangat dimanjakan dengan
kecanggihan teknologi. Di samping itu, kita juga dituntut untuk serba bisa dalam
memanfaatkan dan menggunakan teknologi tersebut.
Tapi dalam beberapa kasus, justru teknologi itu malah
berdampak negatif terhadap perkembangan psikologi manusia, khususnya bagi
remaja.
Ada istilah yang mengatakan, “Yang jauh menjadi dekat, yang dekat menjadi jauh” itu salah satu
dampak dari perkembangan teknologi. Yang mana akan timbul sikap apatis remaja terhadap
lingkungannya.
Apatis dan Introvert, apakah sama?
Kita akan coba tarik lurus hubungan antara apatis dan
introvert. Apatis adalah sikap cuek atau ketidak pedulian terhadap lingkungan sekitar.
Sedangkan introvert adalah orang yang
lebih suka berfikir dahulu dari dalam dirinya sendiri dan cenderung menutup
diri dari lingkungan sekitarnya.
Jadi bisa dikatakan bahwa introvert adalah salah satu sebab timbulnya sikap apatis.
Lalu, apakah itu berbahaya terhadap perkembangan psikologi
remaja?
Ya, tentu saja itu tergantung bagaimana mereka menyikapi. Ketergantugan remaja terhadap teknologi membuat banyak remaja
menjadi sibuk dengan kehidupannya sendiri dan mengakibatkan kurangnya
komunikasi interpersonal di kalangan mereka.
Mungkin anda pernah dengar istilah “Kalian harus bisa berjalan sendiri tanpa bantuan orang lain.” Atau barangkali
seperti ini, “Bayangan kalian saja
meninggalkan kalian disaat gelap.”
Istilah itu benar jika bermaksud untuk membuat mereka mandiri
dan tidak bergantung kepada orang lain. Tapi bisa jadi keliru kalau mereka mengartikannya dalam seluruh hal.
Bagaimana dengan masa depannya?
Bagaimana dengan masa depannya?
Danang Girindrawardana dalam bukunya MOU Maximum Of You
“Orang-orang sukses selalu bersinergi dengan orang-orang lain lengkap
dengan kecakapan mereka masing-masing. Kemampuan menjalin hubungan dengan orang
lain bakal sangat membantu pembentukan masa depan seseorang .“
Bagaimana orang yang tidak peduli dengan lingungkanya dan
cenderung menutup diri bisa melakukan komunikasi interpersonal dengan baik? Tentu
dibutuhkan kecakapan relasional dalam membangun hubungan dengan orang lain
dalam waktu cepat.
Tanadi Santoso dalam Buku Kancing Sang Nenek Business Wisdom
"Berusahalah selalu untuk membentuk sebuah lingkungan yang menguntungkan. Dengan begitu, kita akan lebih mudah mencapai tujuan-tujuan kita".
“Good habits are as addictive as bad habbits. And a lot more
rewarding” ~ Harvey McKay
Salah
seorang ahli pencetus teori disonasi kognitif yang menghubungkan komunikasi
interpersonal dengan sosiopsikologis, Leon
Festiger memberikan cara dalam melakukan komunikasi interpersonal dengan
baik. Yaitu bagaimana pengalaman disonansi
kognitif menyebabkan adanya perubahan sikap dan perilaku.
Yang mana disonasi kognitif
terbagi dalam tiga aspek teori. Pertama teori perilaku yaitu bagaimana sikap
kita menghadapi informasi yang datang, kedua teori kognitif yaitu bagaimana
cara kita memfilter informasi yang datang, ketiga teori biologis yaitu
berdasarkan sikap dari faktor genetik atau keturunan kita.
Ingatlah, “Ambisi pribadi muncul dari lingkungan dan
kemauan diri sendiri, tapi tidak akan pernah anda mendapatkan ambisi dari Ketersendirian”.